Gnothi Seauthon…! Kenalilah dirimu…! Motto ini telah mengusik para filusuf untuk mencoba memahami dirinya. Konon, motto inilah yang mendorong berkembangnya ilmu filsafat di Yunani. Dan ternyata hingga saat ini pun masih relevan buat kita. Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia telah melahirkan banyak teori-teori tentang manusia, tetapi empat pendekatan yang paling dominan dan berpengaruh adalah : Psikoanalisis, Behaviorisme, Psikologi Kognitif, dan Psikologi Humanistis.
Psikoanalisis melukiskan manusia sebagai makhlik yang digerakkan oleh keinginan-keinginan terpendam (Homo Volens).
Psikologi Kognitif melihat manusia sebagai makhluk yang aktif mengorganisasikan dan mengolah stimuli yang diterimanya (Homo Sapiens).
Psikologi Humanistis menggambarkan manusia sebagai pelaku aktif dalam merumuskan strategi transaksional dengan lingkungannya (Homo Ludens).
Masing-masing pendekatan dalam teori di atas memandang manusia dengan cara yang berlainan. Tidak bisa dikatakan pendekatan mana yang paling tepat untuk memahami manusia secara umum. Karakteristik manusia tampaknya merupakan sintesis dari keempat pendekatan itu. Sekali waktu ia menjadi manusia yang secara mambabi buta menuruti kemauannya (Homo Volens), pada waktu yang lain ia menjadi makhluk yang berpikir logis (Homo Sapiens). Pada suatu saat ia menyerah bulat-bulat pada proses pelaziman (conditioning) yang diterimanya dari lingkungan (Homo Mechanicus), pada saat lain ia berusaha mewarnai lingkungannya dengan nilai-nilai kemanusiaan yang dimilikinya (Homo Ludens). Karena itu, lebih bijak rasanya jika kita memandang manusia, diri kita dan orang lain, sebagai makhluk yang dinamis, bisa berubah-ubah secara fleksibel bergantung pada konteks, situasi dan kondisinya. Sekarang, mari kita lihat pandangan Psikoanalisis tentang konsep manusia.
Psikoanalisis
Dari seluruh aliran psikologi, hanya psikoanalisislah yang secara tegas memperhatikan struktur jiwa manusia. Pendiri aliran psikoanalisis adalah Sigmund Freud, yang kemudian dilanjutkan dan dikembangkan oleh para murid dan pengikutnya seperti Carl Jung, Adler, Abraham, Horney, Bion, dll. Freud memfokuskan perhatiannya pada totalitas kepribadian manusia, bukan pada bagian-bagiannya yang terpisah.
Menurut Freud, perilaku manusia merupakan hasil interaksi tiga subsistem dalam kepribadian manusia, yaitu Id, Ego, dan Superego. Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia, pusat insting (hawa nafsu). Dua insting dominan dalam Id adalah: (1) Libido, yaitu insting reproduktif yang menyediakan energi dasar untuk kegiatan-kegiatan manusia yang konstruktif. (2) Thanatos, yaitu insting destruktif dan agresif. Yang pertama disebut juga insting kehidupan (eros), yang dalam konsep Freud bukan hanya meliputi dorongan seksual, tetapi juga segala hal yang mendatangkan kenikmatan termasuk kasih ibu, pemujaan terhadap Tuhan, dan cinta diri (narcisism). Yang kedua merupakan insting kematian. Semua motif manusia adalah gabungan antara eros dan thanatos. Id bergerak berdasarkan prinsip kesenangan (Pleasure Principle), ingin segera memenuhi kebutuhannya. Id bersifat egoistis, tidak bermoral dan tidak mau tahu terhadap kenyataan. Id adalah tabiat hewani pada manusia.
Walaupun Id mampu melahirkan keinginan, ia tidak mampu memuaskan keinginannya. Subsistem yang kedua, yaitu Ego, berfungsi menjembatani tuntutan Id dengan realitas di dunia luar. Ego adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistik. Egolah yang menyebabkan manusia mampu menundukkan hasrat hewaninya dan hidup sebagai wujud yang rasional (pada pribadi yang normal). Ego bergerak berdasarkan prinsip realitas (Reality Principle). Ketika Id mendesak supaya Anda membalas ejekan dengan ejekan lagi, ego memperingatkan Anda bahwa lawan Anda adalah "bos" yang dapat memecat Anda. Kalau Anda mengikuti desakan Id, Anda konyol. Anda pun baru ingat bahwa tidak baik melawan atasan.
Unsur moral dalam pertimbangan terakhir disebut Freud sebagai Superego. Superego adalah polisi kepribadian, mewakili nilai-nilai yang ideal. Superego adalah hati nurani (conscience) yang merupakan internalisasi dari norma-norma sosial dan kultural masyarakatnya. Ia memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tak sesuai dengan norma ke alam bawah sadar. Baik Id maupun Superego berada di alam bawah sadar manusia. Ego berada di tengah, antara memenuhi desakan Id dan mentaati peraturan Superego. Untuk mengatasi ketegangan akibat konflik antara Id dan Superego, ia dapat menyerah pada tuntutan Id, tetapi berarti dihukum Superego dengan perasaan bersalah. Untuk menghindari ketegangan, konflik atau frustrasi, Ego secara tak sadar lalu menggunakan meknisme pertahanan ego, dengan mendistorsi realitas. Secara singkat dalam Psikoanalisis, perilaku manusia merupakan interaksi antara komponen biologis (Id), komponen psikologis (Ego), dan komponen sosial (Superego); atau unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral (nilai).
Semoga uraian singkat di atas bermanfaat.
Sumber:
Jalaluddin Rakhmat (1998): Psikologi Komunikasi, Edisi 12, PT Remaja Rosdakarya Offset, Bandung.
1 komentar:
thanks bgt>>>duh lg butuh referensi ttg psikoanalisa..kbetulan ad tugas dr dosen hehee..makasih sekali lagi..
Posting Komentar